Pages


Blogger Widgets Blogspot Tutorial

Minggu, 14 September 2014

Teori Masuknya Hindu Buddha di Indonesia

Memasuki abad Masehi, antara Indonesia dengan India sudah terjalin hubungan terutama dalam perdagangan. Setelah jalur perdagangan India dengan Cina lewat laut (tidak lagi melewati jalan darat), maka selat Malaka merupakan alternatif terdekat yang dilalui pedagang. Dalam hubungan tersebut masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di Indonesia.
Peristiwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada abad pertama Masehi membawa pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya jaman prasejarah Indonesia dan memasuki jaman sejarah serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, sering disebut penghinduan. Pada dasarnya istilah ini sebenarnya kurang tepat, karena disamping agama Hindu, masuk pula agama Budha. Proses ini terjadi didahului adanya hubungan Indonesia dengan India, sebagai akibat perubahan jalur perdagangan dari jalur tengah (sutera) berganti ke jalur pelayaran (rempah-rempah. Hal ini didasarkan bukti peninggalan arca dan prasasti di Indonesia. Sedangkan di India terdapat karya sastra, diantaranya kitab Jataka, Ramayana dan Raghuwamsa. Kitab Jataka berisi kisah perjalanan Budha yang menjumpai Swarnabhumi. Kitab Ramayana terdapat istilah Jawadwipa dan Swarnabhumi. Kitab Raghuwamsa karya Kalisada tentang perdagangan India yang menyebutkan Dwipantara sebagai asal bahan perdagangan cengkih atau lavanka.
Mengenai hipotesis/ teori masuknya pengaruh Hindu – Buddha di Indonesia, para ahli berpendapat yang berlainan, dimana secara garis besar dibedakan atas:

a. Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.

Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.

b. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda. Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.

c. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).

Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.

d. Teori Arus Balik/ Nasional
Teori arus balik atau disebut teori nasional ini muncul dikemukakan JC. Van Leur, dimana sebagai dasar berpikir adalah hubungan antara dunia maritim dengan perdagangan. Hubungan dagang Indonesia dengan India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan Budha. Orang- orang Indonesia yang tertarik ajaran itu, mengirimkan kaum terpelajar ke India untuk berziarah dan menuntut ilmu. Setelah cukup lama, mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan agama Hindu- Budha dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian ajaran agama lebih cepat diterima bangsa Indonesia.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, para ahli sejarah membuat dua bentuk kemungkinan tentang proses masuknya agama dan budaya Hindu Budha di Indonesia, yaitu :

a. Bangsa Indonesia bersifat pasif
Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia hanya sekedar menerima budaya dari India. Dengan demikian akan menimbulkan kesan bila telah terjadi penjajahan / kolonisasi yang dilakukan bangsa India baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Bangsa Indonesia bersifat aktif
Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia sendiri ikut aktif dalam membawa dan menyebarkan agama dan budaya Hindu Budha di nusantara. Salah satu cara yaitu mengundang para brahmana dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.

Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu, masuk dan berkembang pula agama Budha di Indonesia. Dalam penyebaran agama Budha, dikenal misi penyiaran agama yang disebut Dharmadhuta. Masuknya agama Budha diperkirakan pada abad 2 Masehi. Hal ini didukung adanya bukti penemuan arca Budha dari perunggu di daerah Sempaga (Sulsel) yang menggunakan langgam seni arca Amarawati (India selatan). Patung sejenis juga ditemukan di daerah Bukit Siguntang (Sumsel) yang memperlihatkan langgam seni arca Gandhara (India utara). Agama Budha yang berkembang di Indonesia sebagian besar beraliran Budha Mahayana. Perkembangan agama Budha mencapai masa puncak jaman kerajaan Sriwijaya.



Untuk mempelajari lebih lanjut silakan baca :

a. Ricklefs, MC. 1999. Sejarah Indonesia Modern. Dikmenum. Jogjakarta: Gadjah Mada University

b. Edhie Wurjantoro. 1996. Sejarah Nasional dan Umum 1. Jakarta: Depdikbud
c. R. Soekmono. 1984. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Jogjakarta: Kanisius
d. I Wayan Badrika. 2004. Sejarah SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial dan Bahasa. Jakarta: Erlangga
e. Matroji. 2007. Sejarah Nasional Kelas 2 Program IPS. Jakarta: Bumi Aksara
f. Sartono Kartodirdjo. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Jilid 1. Dikmenum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
g. Machmoed Effendhie. 1999. Sejarah Budaya. Program Bahasa SMU. Dikmenum. Jakarta: Depdikbud
h. M. Habib Mustopo, et al. 2007. Sejarah SMA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Yudhistira
i. Tim Penulis. 2006. Unsur Budaya Cina Pada Beberapa Koleksi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
j. Siswo R dan Supartono Widyosiswoyo. 2005. Sejarah 2. Jakarta: Piranti.

Bukti Awal Islam di Indonesia

Penyebaran Islam di Indonesia telah dimulai sejak abad VII Masehi, namun demikian bukti arkeologis adanya pemukiman pedagang muslim di Indonesia belum diketemukan hingga abad X. Adapun bukti tertua peninggalan bercorak Islam yaitu batu bertulis/ nisan  pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik (Putri Leran) yang tertulis meninggal pada 7 Rajab 475 H (1082 M). Dari bukti peninggalan ini, dapat diperkirakan bahwa pedagang muslim telah berlayar hingga Jawa Timur pada abad XI Masehi.
Pemukiman pedagang muslim di Jawa Timur telah ada dimana didukung oleh berita Mahuan yang mengatakan bahwa penduduk kota Majapahit terdiri atas tiga golongan yaitu kaum muslim dari negeri sebelah barat, orang Cina dan penduduk pribumi. Di Gresik, ditemukan pula makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim berangka tahun 1419 Masehi. Bentuk nisan pada makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim mirip dengan nisan yang ditemukan di Samudra Pasai.
Bukti arkeologis yang lain adalah kompleks makam muslim di daerah Trolaya, Trowulan dan Gresik. Jika diamati aspek ciri dan bentuknya diperkirakan bahwa bangunan tersebut berasal dari jaman Majapahit. Pada masa Majapahit, perkembangan Islam tidak menemui hambatan karena penduduk muslim dan Majapahit lebih mengutamakan aspek ekonomi perdagangan.
Islamisasi di daerah Maluku dapat dilihat pada cerita setempat. Menurut tradisi, agama Islam telah masuk Maluku pada abad XIV Masehi. Hal ini dibuktikan dengan Molomateya yang telah berhubungan dengan orang Arab. Sedangkan raja Maluku yang benar-benar masuk Islam adalah sultan Zaenal Abidin (murid dari sunan Giri).
Di Kalimantan, menjelang kedatangan Islam telah berkembang kerajaan Hindu yaitu Negara Dipa, Daha dan Kuripan (daerah Amuntai). Terjadinya perang antar kerajaan di Kalimantan, mendorong mereka untuk meminta bantuan Demak. Kerajaan Demak menyanggupi bantuan untuk menghentikan perang dengan syarat masuk Islam.

Berpikir Tentang Sejarah

Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya. dalam rentang waktu itulah sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan perubahan dalam kehidupan manusia yang sangat banyak. mengkaji semua peristiwa sejarah yang luas dan panjang secara rinci sangatlah susah, untuk itulah maka digunakan pemisahan yang biasanya didasarkan pada momentum tertentu.

Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk adanya karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dengan kurun waktu lainnya. Hal itulah yang dinamakan dengan periodisasi sejarah. Contoh periodisasi sejarah dalam masyarakat tradisional biasanya di dasarkan pada kurun waktu kekuasaan raja.
Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa jaman yaitu :
a.Jaman prasejarah (jaman batu dan jaman logam )
b.Jaman sejarah
1)masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India
2)masuk berkembangnya islam
3)jaman kolonial
4)jaman pendudukan jepang
5)revolusi kemerdekaan
6)masa orde lama
7)masa orde baru
8)masa reformasi

Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi spasial (ruang) dan dimensi temporal (waktu). Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo (time) yaitu proses kelangsungan suatu peristiwa dan waktu merupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Pengertian periodisasi sejarah berkaitan erat dengan pembagian masa lampau manusia berdasarkan urutan waktu (Periodisasi = Pembabagan waktu).
Pentingnya periodisasi dalam sejarah yaitu:
1.Memudahkan sistematika penulisan sejarah
2.Merupakan rangkuman dari suatu peristiwa menurut seorang sejarawan.
3.Memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa sejarah
4.Merupakan penghubung dari fakta-fakta sejarah

Periodisasi sejarah dilakukan oleh setiap masyarakat, bangsa dan negara di dunia. Periodisasi sejarah setiap bangsa memiliki perbedaan. Hal ini didasarkan cara bangsa memandang rentang waktu yang ada dalam sejarah mereka. Periodisasi sejarah Indonesia berbeda dengan periodisasi sejarah Malaysia. Begitu pula periodisasi sejarah negara lainnya.

Periodisasi adalah penentuan pemenggalan kurun waktu yang akan diteliti dan didasarkan pada alasan-alasan tertentu yang rasionall dan ilmiah yang erat kaitannya dengan permasalahan yang hendak diteliti. Periodisasi Sejarah Indonesia yang lazim dipakai adalah :
1.Jaman Prasejarah, membicarakan kehidupan manusia purba sebelum adanya tulisan.
2.Jaman Kuno, membicarakan masa perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
3.Jaman modern, yang berlangsung sejak masa perkembangan Islam di Indonesia hingga kini.

Tujuan dibuatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya, karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok.

Kronologi merupakan urutan waktu yang tersusun sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Kronologi adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengertian suatu peristiwa sejarah secara gamblang yang dapat mengkaitkan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain secara logis.
Kronologi sejarah sangat diperlukan karena dapat mengkaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya dalam bentuk kausalitas atau sebab akibat.

Peristiwa sejarah akan selalu berlangsung sesuai dengan urutan waktu sehingga peristiwa sejarah tidak terjadi secara melompat-lompat urutan waktunya, atau sebaliknya. Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah agar kita mendapatkan pemahaman yang baik harus memperhatikan urutan-urutan kejadian atau kronologisnya. Pemahaman sejarah yang bersifat anakronis akan menimbulkan kerancuan bahkan akan membuat pemahaman yang keliru tentang sejarah. Peristiwa sejarah yang diceritakan dan disusun berdasarkan urutan kejadian tanpa memberi penjelasan tentang hubungan sebab akibat antara peristiwa tersebut dinamakan kronik.

Minggu, 14 September 2014

Teori Masuknya Hindu Buddha di Indonesia

Memasuki abad Masehi, antara Indonesia dengan India sudah terjalin hubungan terutama dalam perdagangan. Setelah jalur perdagangan India dengan Cina lewat laut (tidak lagi melewati jalan darat), maka selat Malaka merupakan alternatif terdekat yang dilalui pedagang. Dalam hubungan tersebut masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di Indonesia.
Peristiwa masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia pada abad pertama Masehi membawa pengaruh yang sangat penting. Peristiwa tersebut menandai berakhirnya jaman prasejarah Indonesia dan memasuki jaman sejarah serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Proses masuknya pengaruh budaya India ke Indonesia, sering disebut penghinduan. Pada dasarnya istilah ini sebenarnya kurang tepat, karena disamping agama Hindu, masuk pula agama Budha. Proses ini terjadi didahului adanya hubungan Indonesia dengan India, sebagai akibat perubahan jalur perdagangan dari jalur tengah (sutera) berganti ke jalur pelayaran (rempah-rempah. Hal ini didasarkan bukti peninggalan arca dan prasasti di Indonesia. Sedangkan di India terdapat karya sastra, diantaranya kitab Jataka, Ramayana dan Raghuwamsa. Kitab Jataka berisi kisah perjalanan Budha yang menjumpai Swarnabhumi. Kitab Ramayana terdapat istilah Jawadwipa dan Swarnabhumi. Kitab Raghuwamsa karya Kalisada tentang perdagangan India yang menyebutkan Dwipantara sebagai asal bahan perdagangan cengkih atau lavanka.
Mengenai hipotesis/ teori masuknya pengaruh Hindu – Buddha di Indonesia, para ahli berpendapat yang berlainan, dimana secara garis besar dibedakan atas:

a. Teori Ksatria
Teori ini juga disebut teori prajurit atau kolonisasi yang dikemukakan CC. Berg dan FDK. Bosch. FDK. Bosch menggunakan istilah hipotesa ksatria. Menurut teori ini, peran utama masuknya budaya India ke Indonesia adalah ksatria. Hal ini disebabkan di India terjadi kekacauan politik yaitu perang brahmana dengan ksatria, para ksatria yang kalah melarikan diri ke Indonesia. Mereka mendirikan kerajaan dan menyebarkan agama Hindu. Pendukung teori ini kebanyakan sejarawan India, terutama Majumdar dan Nehru.

Hipotesis ksatria banyak mengandung kelemahan yaitu tidak adanya bukti kolonisasi baik di India maupun di Indonesia. Kedudukan kaum ksatria dalam struktur masyarakat Hindu tidak memungkinkan menguasai masalah agama Hindu dan tidak nampak pemindahan unsur masyarakat India (sistem kasta, bentuk rumah, pergaulan dan sebagainya). Tidak mungkin para pelarian mendapat kedudukan sebagai raja di tempat yang baru.

b. Teori Waisya
Teori ini dikemukakan NJ. Krom dan Mookerjee yang berpendapat; orang India tiba ke Asia tenggara pada umumnya dan khususnya Indonesia karena berdagang. Pelayaran perdagangan saat itu masih tergantung sistem angin muson. Sehingga pedagang India terpaksa tinggal di Indonesia selama beberapa saat untuk menanti bergantinya arah angin. Mereka banyak menikah dengan penduduk setempat. Keturunan dan keluarga pedagang ini merupakan awal penerimaan pengaruh India. Tampaknya teori ini mengambil perbandingan proses penyiaran Islam yang juga dibawa pedagang. Teori ini juga dibantah ahli lain, karena tidak setiap orang boleh menyentuh kitab Weda. Ajaran Hindu milik kaum brahmana dan hanya mereka yang memahami kitab Weda.

c. Teori Brahmana
Teori ini dikemukakan JC. Van Leur, FDK. Bosch dan OW. Wolters yang berpendapat bahwa orang yang ahli agama Hindu adalah brahmana. Orang Indonesia/ kepala suku aktif mendatangkan brahmana untuk mengadakan upacara abhiseka secara Hindu, sehingga kepala suku menjadi maharaja. Dalam perkembangannya, para brahmana akhirnya menjadi purohito (penasehat raja).

Teori ini tampaknya dianggap lebih mendekati kebenaran karena agama Hindu bersifat tertutup, dimana hanya diketahui kalangan brahmana. Prasasti yang ditemukan berbahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Candi yang ada di Indonesia banyak ditemukan arca Agastya. Disamping itu brahmana di Indonesia berkaitan dengan upacara Vratyastoma dan abhiseka.

d. Teori Arus Balik/ Nasional
Teori arus balik atau disebut teori nasional ini muncul dikemukakan JC. Van Leur, dimana sebagai dasar berpikir adalah hubungan antara dunia maritim dengan perdagangan. Hubungan dagang Indonesia dengan India yang meningkat diikuti brahmana untuk menyebarkan agama Hindu dan Budha. Orang- orang Indonesia yang tertarik ajaran itu, mengirimkan kaum terpelajar ke India untuk berziarah dan menuntut ilmu. Setelah cukup lama, mereka kembali ke Indonesia dan ikut menyebarkan agama Hindu- Budha dengan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian ajaran agama lebih cepat diterima bangsa Indonesia.

Berdasarkan beberapa teori tersebut, para ahli sejarah membuat dua bentuk kemungkinan tentang proses masuknya agama dan budaya Hindu Budha di Indonesia, yaitu :

a. Bangsa Indonesia bersifat pasif
Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia hanya sekedar menerima budaya dari India. Dengan demikian akan menimbulkan kesan bila telah terjadi penjajahan / kolonisasi yang dilakukan bangsa India baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Bangsa Indonesia bersifat aktif
Hal ini memberikan pengertian bahwa masyarakat Indonesia sendiri ikut aktif dalam membawa dan menyebarkan agama dan budaya Hindu Budha di nusantara. Salah satu cara yaitu mengundang para brahmana dari India untuk memperkenalkan agama dan budayanya di Indonesia.

Bersamaan dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu, masuk dan berkembang pula agama Budha di Indonesia. Dalam penyebaran agama Budha, dikenal misi penyiaran agama yang disebut Dharmadhuta. Masuknya agama Budha diperkirakan pada abad 2 Masehi. Hal ini didukung adanya bukti penemuan arca Budha dari perunggu di daerah Sempaga (Sulsel) yang menggunakan langgam seni arca Amarawati (India selatan). Patung sejenis juga ditemukan di daerah Bukit Siguntang (Sumsel) yang memperlihatkan langgam seni arca Gandhara (India utara). Agama Budha yang berkembang di Indonesia sebagian besar beraliran Budha Mahayana. Perkembangan agama Budha mencapai masa puncak jaman kerajaan Sriwijaya.



Untuk mempelajari lebih lanjut silakan baca :

a. Ricklefs, MC. 1999. Sejarah Indonesia Modern. Dikmenum. Jogjakarta: Gadjah Mada University

b. Edhie Wurjantoro. 1996. Sejarah Nasional dan Umum 1. Jakarta: Depdikbud
c. R. Soekmono. 1984. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2. Jogjakarta: Kanisius
d. I Wayan Badrika. 2004. Sejarah SMA Kelas XI Program Ilmu Sosial dan Bahasa. Jakarta: Erlangga
e. Matroji. 2007. Sejarah Nasional Kelas 2 Program IPS. Jakarta: Bumi Aksara
f. Sartono Kartodirdjo. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Jilid 1. Dikmenum. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
g. Machmoed Effendhie. 1999. Sejarah Budaya. Program Bahasa SMU. Dikmenum. Jakarta: Depdikbud
h. M. Habib Mustopo, et al. 2007. Sejarah SMA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Yudhistira
i. Tim Penulis. 2006. Unsur Budaya Cina Pada Beberapa Koleksi Museum Jawa Tengah Ronggowarsito. Semarang : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah
j. Siswo R dan Supartono Widyosiswoyo. 2005. Sejarah 2. Jakarta: Piranti.

Bukti Awal Islam di Indonesia

Penyebaran Islam di Indonesia telah dimulai sejak abad VII Masehi, namun demikian bukti arkeologis adanya pemukiman pedagang muslim di Indonesia belum diketemukan hingga abad X. Adapun bukti tertua peninggalan bercorak Islam yaitu batu bertulis/ nisan  pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Gresik (Putri Leran) yang tertulis meninggal pada 7 Rajab 475 H (1082 M). Dari bukti peninggalan ini, dapat diperkirakan bahwa pedagang muslim telah berlayar hingga Jawa Timur pada abad XI Masehi.
Pemukiman pedagang muslim di Jawa Timur telah ada dimana didukung oleh berita Mahuan yang mengatakan bahwa penduduk kota Majapahit terdiri atas tiga golongan yaitu kaum muslim dari negeri sebelah barat, orang Cina dan penduduk pribumi. Di Gresik, ditemukan pula makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim berangka tahun 1419 Masehi. Bentuk nisan pada makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim mirip dengan nisan yang ditemukan di Samudra Pasai.
Bukti arkeologis yang lain adalah kompleks makam muslim di daerah Trolaya, Trowulan dan Gresik. Jika diamati aspek ciri dan bentuknya diperkirakan bahwa bangunan tersebut berasal dari jaman Majapahit. Pada masa Majapahit, perkembangan Islam tidak menemui hambatan karena penduduk muslim dan Majapahit lebih mengutamakan aspek ekonomi perdagangan.
Islamisasi di daerah Maluku dapat dilihat pada cerita setempat. Menurut tradisi, agama Islam telah masuk Maluku pada abad XIV Masehi. Hal ini dibuktikan dengan Molomateya yang telah berhubungan dengan orang Arab. Sedangkan raja Maluku yang benar-benar masuk Islam adalah sultan Zaenal Abidin (murid dari sunan Giri).
Di Kalimantan, menjelang kedatangan Islam telah berkembang kerajaan Hindu yaitu Negara Dipa, Daha dan Kuripan (daerah Amuntai). Terjadinya perang antar kerajaan di Kalimantan, mendorong mereka untuk meminta bantuan Demak. Kerajaan Demak menyanggupi bantuan untuk menghentikan perang dengan syarat masuk Islam.

Berpikir Tentang Sejarah

Sejarah merupakan sebuah proses perjalanan waktu yang sangat luas dan panjang areanya. dalam rentang waktu itulah sejarah melewati ratusan bahkan ribuan tahun dengan melibatkan perubahan dalam kehidupan manusia yang sangat banyak. mengkaji semua peristiwa sejarah yang luas dan panjang secara rinci sangatlah susah, untuk itulah maka digunakan pemisahan yang biasanya didasarkan pada momentum tertentu.

Suatu momentum yang dapat memberikan petunjuk adanya karakteristik dari suatu kurun waktu yang satu berbeda dengan kurun waktu lainnya. Hal itulah yang dinamakan dengan periodisasi sejarah. Contoh periodisasi sejarah dalam masyarakat tradisional biasanya di dasarkan pada kurun waktu kekuasaan raja.
Secara umum periodisasi sejarah Indonesia dikelompokan menjadi beberapa jaman yaitu :
a.Jaman prasejarah (jaman batu dan jaman logam )
b.Jaman sejarah
1)masuk dan berkembangnya pengaruh budaya India
2)masuk berkembangnya islam
3)jaman kolonial
4)jaman pendudukan jepang
5)revolusi kemerdekaan
6)masa orde lama
7)masa orde baru
8)masa reformasi

Sejarah memiliki dua dimensi yaitu dimensi spasial (ruang) dan dimensi temporal (waktu). Konsep waktu dalam sejarah meliputi waktu atau tempo (time) yaitu proses kelangsungan suatu peristiwa dan waktu merupakan kesatuan dari kelangsungan tiga dimensi yaitu masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

Pengertian periodisasi sejarah berkaitan erat dengan pembagian masa lampau manusia berdasarkan urutan waktu (Periodisasi = Pembabagan waktu).
Pentingnya periodisasi dalam sejarah yaitu:
1.Memudahkan sistematika penulisan sejarah
2.Merupakan rangkuman dari suatu peristiwa menurut seorang sejarawan.
3.Memudahkan pembaca dalam memahami suatu peristiwa sejarah
4.Merupakan penghubung dari fakta-fakta sejarah

Periodisasi sejarah dilakukan oleh setiap masyarakat, bangsa dan negara di dunia. Periodisasi sejarah setiap bangsa memiliki perbedaan. Hal ini didasarkan cara bangsa memandang rentang waktu yang ada dalam sejarah mereka. Periodisasi sejarah Indonesia berbeda dengan periodisasi sejarah Malaysia. Begitu pula periodisasi sejarah negara lainnya.

Periodisasi adalah penentuan pemenggalan kurun waktu yang akan diteliti dan didasarkan pada alasan-alasan tertentu yang rasionall dan ilmiah yang erat kaitannya dengan permasalahan yang hendak diteliti. Periodisasi Sejarah Indonesia yang lazim dipakai adalah :
1.Jaman Prasejarah, membicarakan kehidupan manusia purba sebelum adanya tulisan.
2.Jaman Kuno, membicarakan masa perkembangan agama dan kebudayaan Hindu-Budha.
3.Jaman modern, yang berlangsung sejak masa perkembangan Islam di Indonesia hingga kini.

Tujuan dibuatnya periodisasi bukan berarti memutuskan peristiwa yang satu dengan yang lainnya, karena dalam sejarah aspek kesinambungan dan kontinuitas merupakan suatu hal yang pokok.

Kronologi merupakan urutan waktu yang tersusun sesuai dengan kejadian yang sebenarnya. Kronologi adalah usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pemahaman mengenai pengertian suatu peristiwa sejarah secara gamblang yang dapat mengkaitkan antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain secara logis.
Kronologi sejarah sangat diperlukan karena dapat mengkaitkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya dalam bentuk kausalitas atau sebab akibat.

Peristiwa sejarah akan selalu berlangsung sesuai dengan urutan waktu sehingga peristiwa sejarah tidak terjadi secara melompat-lompat urutan waktunya, atau sebaliknya. Oleh karena itu, dalam mempelajari sejarah agar kita mendapatkan pemahaman yang baik harus memperhatikan urutan-urutan kejadian atau kronologisnya. Pemahaman sejarah yang bersifat anakronis akan menimbulkan kerancuan bahkan akan membuat pemahaman yang keliru tentang sejarah. Peristiwa sejarah yang diceritakan dan disusun berdasarkan urutan kejadian tanpa memberi penjelasan tentang hubungan sebab akibat antara peristiwa tersebut dinamakan kronik.